Pasca-serangan 11 September 2001, Islam terpuruk. Umat Islam, sebagai masyarakat minoritas di Negeri Paman Sam, meng
alami berbagai intimidasi dan isolasi, yang tak hanya datang dari pemeritah, tapi juga masyarakat.Sungguh kondisi psiokologis yang sangat berat: dicurigai, diteror, diserang, dilecehkan, dan diasosiasikan dengan teroris. Tapi apa yang terjadi setelah itu?
Ternyata, berbagai tekanan yang dilakukan pemerintah dan masyarakat AS terhadap Islam berbuah ketertarikan sendiri. Tragedi 9/11 justru menginspirasi sebagian besar masyarakat untuk mengenal Islam lebih dekat.
Berangkat dari ketidaktahuan sama sekali tentang Islam, banyak masyarakat non-muslim AS mencoba mencari tahu tentang ajaran Islam, terutama konsep jihad. Mulai dari yang sebatas mencari tahu lewat buku-buku keislaman, hingga mengkaji secara serius pegangan umat Islam, yaitu Al-Quran.
Menariknya, mereka yang awalnya mencari tahu Islam dengan rasa kebencian berbalik menjadi menyakini ajaran Islam. Ya, tidak lama setelah peristiwa itu, ribuan orang berbondong-bondong menyatakan diri masuk Islam dan menemukan kedamaian di dalamnya.
Menurut sebuah penelitian di AS, ada 20.000 orang AS masuk Islam setiap tahunnya setelah peristiwa itu. Ribuan lainnya dari negara-negara non-Amerika, yakni Eropa, Cina, Korea, Jepang, dan lain-lain.
Penelitian yang dilaporkan Moeflich Hasbullah, alumnus Southeast Asian Studies, ANU Canberra, pada tahun 2007 silam, Demented Vision mencatat, pada tahun 1900, jumlah pemeluk Kristen adalah 26,9% dari total penduduk dunia, sementara pemeluk Islam hanya 12,4%.
Delapan puluh tahun kemudian, tahun 1980, penganut Kristen bertambah 3,1%, dari 26,9% menjadi 30%, dan muslim bertambah 4,1% menjadi 16,5%.
Pada pergantian milenium kedua, yaitu tahun 2000, Kristen menurun menjadi 29,9%, sementara muslim naik menjadi 19,2%.
Kemudian yang tak kalah mengejutkan adalah penelitian yang dilakukan pada tahun 2004 oleh World Almanac and Book of Fact 1 New York Times Bestseller. Jumlah umat Islam sedunia adalah 1,2 miliar lebih (1.226.403.000). Dan pada tahun 2007 terus meningkat hingga mencapai 1,5 miliar lebih (1.522.813.123 jiwa).
Artinya, dalam tiga tahun, umat Islam mengalami penambahan jumlah sekitar 300 juta orang, 20 ribunya adalah warga AS, yang masuk Islam setiap tahun setelah pemboman paling mematikan itu.
Fenomena perkembangan Islam di AS sangat menarik dicermati. Sungguh mengejutkan, masyarakat AS berbondong-bondong masuk Islam justru setelah peristiwa pemboman World Trade Center pada 11 September 2001 silam.
Pasca 9/11 adalah era pertumbuhan Islam paling cepat, yang belum pernah terjadi dalam sejarah AS.
Tangan Tuhan begitu nyata di balik peristiwa 9/11, dan ini diakui oleh masyarakat Islam AS.
Seperti dialami Eric, pemain cricket. Peristiwa 9/11 telah menggugah keingintahuannya untuk mengenal Islam. Dan warga AS yang memiliki tempat kelahiran sama dengan Geogrs Walker Bush, Texas, justru berbalik meyakini Islam. Ia memutuskan menjadi muallaf setelah mempelajari Islam lewat berbagai literatur Islam yang didapatnya di toko buku.
Begitu juga dengan ribuan masyarakat AS lainnya. Mereka ramai-ramai membeli dan membaca Al-Quran, biografi Muhammad SAW, dan buku-buku Islam, untuk mengetahui isinya.
Begitulah. Jika dibaca tanpa ada rasa kebencian, yang terjadi bukan munculnya kebencian, sebaliknya tumbuh keyakinan akan ajaran Islam.
Islam adalah agama agung nan indah, yang diridhai Allah SWT. Ajarannya mengandung kebenaran, yang menyempurnakan agama-agama terdahulu.
Islam juga menyebarkan kesejukan. Kesejukan ajaran Islam ini bertemu pada saat yang tepat dengan kegersangan, kegelisahan, dan kekeringan spiritual sebagian warga AS.
Hillary Rodham Cinton, istri mantan Presiden Clinton yang kini mejadi menteri luar negeri pemerintahan Barack Obama, seperti dikutip Los Angeles Times, mengatakan, “Islam is the fastest growing religion in America.”
Perkembangan Islam di dunia Barat sejatinya lebih prospektif. Karena Islam adalah agama yang rasioanl, sedangkan mereka terbiasa berpikir logis.
Dunia Islam dan Barat
Pesatnya perkembangan umat Islam di AS, Eropa, dan negara-negara maju lainnya, tentu akan berpengaruh signifikan terhadap hubungan dunia Islam-Barat, yang secara historis mengalami ketegangan sejak berabad silam.
Pertama, masyarakat Barat akan lebih dekat dan lebih kenal dengan Islam melalui umat Islam yang ada di Barat sendiri. Inilah yang menjadi nilai plus yang akan dimanfaatkan umat Islam untuk mengikis kesalahpahaman yang selama ini terjadi antara dunia Islam dan Barat karena ketidaktahuannya. Umat Islam di Barat akan menjadi komunikator yang efektif dan duta-duta yang andal untuk menjelaskan dan memperlihatkan wajah Islam yang sesungguhnya di sana.
Melalui mereka, nasib umat Islam di luar Barat juga akan disuarakan. Sehingga penderitaan demi penderitaan negara-negara muslim akibat dominasi Barat, yang kebijakannya sering tidak adil, insya Allah akan berkurang.
Kedua, akibat dari ajaran Islam yang semakin tersosialisasi di Barat dan suara politik umat Islam semakin kuat, kondisi dan jembatan demi terciptanya saling pengertian akan semakin kondusif dan menguat.
Islam dan Barat mudah-mudahan akan masuk ke dalam sebuah ekuilibrium sejarah baru yang lebih adil, fair, dan demokratis:
“Ketika datang pertolongan Allah dan kemenangan, kamu akan melihat manusia masuk ke dalam agama Allah dengan berbondong-bondong.” (QS 110:1-2).
Semoga....
sumber berita dari ALKISAH